Minggu, 31 Mei 2015

Memilih Typeface (Penggunaan Teks)

Jika yang kita ambil contoh adalah seorang bayi ketika pertama kali mengenal bentuk, mungkin Anda akan sulit menerimanya, karenacontoh itu terlalu umum dan jawabannya ......tentu saja..... Tetapi bila seorang dewasa yang buta sejak lahir ternyata berhasil dioperasi dan ia mulai dapat melihat setelah usia 25 tahun, maka akan memandangi seluruh benda yang berada di sekelilingnya tanta mengetahui benda apa itu. Ia memandangi sebuah bola, tetapi otaknya tidak mampu memahami itu benda apa. Sampai bola itu disentuhnya barulah ia memahami bahwa itu adalah bola yang sering dipegang-pegangnya setiap hari, karena ia selama ini mengenali benda-benda disekelilingnya melalui sentuhan dan rabaan.
Jika orang yang baru bisa membaca dan menulis kecepatan membacanya diberi nilai 1 dan orang yang memiliki keceparan membaca paling tinggi diberi nilai 100, maka rata-rata kecepatan membaca yang dimiliki semua orang hanya sekitar 60. Kecepatan membaca itu dapat meningkat dan dapat pula menurun karena banyak faktor. Salah satu alasannya adalah bentuk huruf yang dibaca. Tingkat kejelasan (legibility) dan keterbacaan (readibility) adalah dua faktor yang menentukan bagaimana bentuk huruf berpengaruh pada kecepatan membaca. Selain itu yang juga mendukung kecepatan membaca adalah kualitas cetakan, warna huruf, susunan huruf (meliputi kerapatan dan kerengganan jarak antar huruf), bentuk paragraf, panjang pendeknya baris teks, dan sebagainya. Semua point memiliki presentase andil yang sangat rumit cara menghitung nilainya. Faktor lain yang akan berpengaruh apakah suatu teks akan terbaca dengan cepat adalah apabila teks tersebut dipahami oleh pembacanya. Dengan kata lain bahasanya dipahami, uraian susunan katanya jelas, alur pesannya jelas. Orang tidak akan membaca dengan kecepatan tinggi tanpa memahami maksudnya.



Hubungan antara Legibility dan Readability
Legibitlity atau kejelasan suatu huruf berarti tingkat seberapa mudah orang mengenali huruf-huruf yang ada pada suatu typeface. Di dalam tipografi faktor legibility merupakan bobot kualitas dari desain huruf tersebut. Legibility meliputi tampilan bentuk fisik masing-masing karakter. Sementara, Readability, kemudahan dibaca atau lebih enak disebut dengan keterbacaan, adalah tingkatan seberapa mudah rangkaian huruf itu dibaca.

Gambar1. hlm 84.

Kejelasan, memiliki tingkatan yang lebih mutlak. Artinya, jika suatu typeface dikatakan legibel atau jelas, maka ia pasti jelas dibaca pada ukuran berapapun.
Keterbacaan ternyata memiliki urutan kedua. Sebuah typeface yang memiliki keterbacaan yang baik, sebelumnya ia harus memiliki kejelasan yang baik dulu. Selanjutnya typeface itu memiliki keterbacaan paling baik jika ditampilkan pada kondisi tertentu. Sebagai contoh typeface ITC Garamond Book Condensed memiliki keterbacaan yang paling baik pada ukuran 12 point dan pada leading 13 point. Huruf-hurufnya akan lebih sulit dibaca jika disajikan pada ukuran 9 point, apalagi dengan leading kurang dari 110%. Sementara font lain memiliki kondisi yang berbeda.
Untuk memahami bagaimana suatu typeface memiliki sifat keterbacaan yang baik ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.

Mengenali Setengah Bagian Atas Huruf
Dari pengenalan terhadap huruf, sebenarnya mata kita mampu menebak atau mengenali bentuk suatu huruf sekalipun yang terlihat hanya setengah bagian ke atas. Ini adalah seagian cara untuk mengukur apakah suatu huruf memiliki keterbacaan yang baik. DAri cara ini akhirnya dapat disimpukan bahwa bentuk typeface dari jenis serif lebih mudah dikenali jika dibanding dengan sans serif.

Gambar 2. hlm 85.

Pengaruh Kait pada Serif
Kait pada huruf serif memiliki peran dalam memudahkan proses membaca terlebih pada teks yang panjang. Bila pembaca tidak dibantu dengan kait pada kaki dan kepala huruf maka ia akan cepat lelah karena di dalam membaca huruf demi huruf mata pembaca juga harus berjuang untuk menangkap huruf berikutnya dalam baris agar tidak keliru membaca pada baris di bawah atau di atasnya. Kejadian ini berlangsung secara otomatis sehingga Anda sendiri nyaris tidak merasakan. Namun demikian pengaruhnya akan terasa jika Anda membaca teks yang panjang. Inilah faktor utama yang menyebabkan rata-rata typeface serif memiliki tingak keterbacaan yang lebih tinggi dari rata-rata typeface sans serif. Sebuah buku atau naskah yang ditulis menggunakan huruf serif mampu dibaca lebih capat dan tidak melelahkan mata. Karena memiliki kecepatan dibaca yang baik itu maka teks melintas dalam otak lebih cepat. Kondisi itu sering menurunkan tingkat konsentrasi membaca, sehingga apa yang dibaca lebih sedikit yang tertinggal di dalam memori. Sebaliknya, huruf serif memiliki keterbacaan lebih rendah daripada serif. Membaca huruf sans serif pada teks yang panjang terasa lebih melelahkan serta mamakan waktu yang lebih lama. Pada koran atau buku, kadang-kadang kita jumpai huruf sans serif ini dipergunakan sebagai bodytext artikel atau paragraf. Biasanya penata layout melakukannya dengan tujuan tertentu, agar bab atau parafraf itu dibaca dengan cermat dan tidak terburu-buru. Sebuah paragraf dengan huruf sans serif memang lebih jelas, tetapi dalam merangkai huruf ke samping, mata atau perhatian pembaca dituntut untuk berjuang 10% lebih kuat untuk menangkapnya. Untuk itu diasumsikan bahwa informasi yang mengalir ke otak akan tinggal dan membekas lebih lama sehingga diperoleh rekaman yang lebih baik. Sebaliknya apabila huruf tidak berkait dibaca cepat-cepat, akibatnya ada kemungkinan kalimat akan melompat atau salah baris. Trik penggunaan huruf serif ini adalah pemaksaan yang baik agar pembaca tanpa ia sadari akan membaca sedikit lebih lama tetapi akan lebih efektif menangkap informasi yang disampaikan. Bodytext dengan jenis sans serif lebih tepat dipergunakan pada artikel-artikel yang ditujukan pada pembaca usia muda.

Penggunaan Huruf KAPITAL semua.
Teks yang memakai uppercase, atau huruf kapital semua, sering merangsang seorang penulis untuk mengekspresikan hal-hal penting atau yang ingin ditonjolkan. Bahkan ketika seorang sekretaris diminta menyiappkan teks pidato pimpinannya, ia mengetikkan naskah pidato (dengan mesin ketik manual) menggunakan huruf kapital semua. Pada era tipografi digital atau penggunaan huruf komputer, hal itu tidak perlu terjadi lagi. Penggunaan huruf kapital semua justru menyulitkan mata untuk dapat membaca dengan lancar, karena di dalam  susunan huruf kapital semua, tinggi rendah huruf menjadi sama. Mata sulit mengenali bentuk-bentuk spesifik dari huruf seperti yang dimiliki oleh huruf lowercase. Akibatnya urat mata menjadi lebih cepat lelah dan jenuh. Penggunaan campuran huruf besar dan kecil (Upper dan Lowercase) justru memiliki keterbacaan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan bentuk lowercase antara huruf satu dengan yang lain lebih mudah dibedikan cirinya.
Berbeda dengan unsur lain yang ditabukan tetapi masih memiliki jalan keluar sebagai upaya breaking the rule, maka penggunaan allcap atau uppercase sebagai bodytext hampir dapat dikatakan mutlak harus dihindari.
Kalaupun Anda masih berpendapat harus menggunakan allcap sebagai bodytext, sebaiknya gunakan pada prasasti yang dipahatkan pada monumen-monumen. Sebagai tambahan, pilihlah bentuk huruf kapital yang body-nya lebih sempit dari face-nya. Sebagai contoh Optima, Autumn, Albertus, typeface ini masih memiliki keterbacaan yang lumayan bagus pada allcap-nya.

Gambar 3. hlm 87.

AllCap sebagai Judul
Pemakaian AllCAP sebagai judul atau subjudul memang tidak terhindarkan, dan ini memang memiliki kekuatan tersendiri jika dipergunakan pada teks yang tidak terlalu panjang. Kata-kata yang diketikkan dengan huruf besar dapat memberi tekanan maupun aksen pada makna. Balloning teks pada pada komik yang menggambarkan orang yang berteriak, membentak, selalu ditulis dengan huruf besar. Ini adalah bagian dari hal yang juga akan kami uraikan pada bab yang membahas bahwa tipografi merupakan ungkapan emosi dan jiwa dari pesan yang disampaikan.
Secara estetika penggunaan ALLCAP memiliki keindahan tersendiri jika pemakai dapat mengendalikan jumlah dan susunannya. Namun demikian akan bijaksana jika di dalam penyusunannya memperhatikan faktor kontras, yang akan Anda baca pada subbab tersendiri.

SmallCap
Smallcap adalah bentuk kapital tetapi ukurannya hanya sebatas x-height. Pada setting, SmallCap masih membedakan antara bentuk huruf kapital dan bentuk  huruf kecil. Namun perbedaan ini hanya sebatas ukuran tinggi karakter tersebut. Para typefoundary menyediakan jenis huruf ini sebagai antisipasi atas keinginan untuk menggunakan huruf besar semuanya yang secara estetika dianggap kurang tepat jika digunakan pada teks yang panjang.

Sumber:
Kusrianto, Adi. 2004. Tipografi Komputer untuk Desainer Grafis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar